Materi, Tugas, Artikel, Kuliah dan Umum

Blog Archive

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Minggu, 19 April 2015

Dlingo-Sendangwesi Pembukaan semangat baru


Sabtu, 5 Oktober 2013 Tim Sekolah Pasar Rakyat Dlingo :  Akmal, Khilda, Khoris, Puput, Ryan Ariyanto,  beserta Ketua Umum Sekolah Pasar Rakyat bapak Puthut Indroyono membuka pertemuan pertama dan peresmian Sekolah Pasar Rakyat di Pasar Dlingo dan Pasar Sendang Wesi, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Dalam agendanya tim berangkat dari Sekretariat Sekolah Pasar Rakyat jam 08.00  akan tetapi komposisi tim yang berasal dari berbagai kampus yang berbeda dan juga domisili yang berbeda menjadikan anggota tim berangkat dari rumah dan kos masing-masing. Pak Puthut berangakat dari Skretariat Sekolah Pasar Rakyat jam 08.00 sesuai jadwal, kemudian Akmal, Khilda dan Puput berangkat dari kos mereka juga jam 08.00, Kharis berangkat dari rumahnya jam 08.00, dan saya Ryan berangkat dari kos pukul 10.15, "telat bangun".

Acara pertemuan pertama dan peresmian Sekolah Pasar Dlingo-Sendang Wesi jam 11.00, kawan-kawan tim tiba di lokasi 1 jam sebelum acara dimulai. Kharis sempat kebablasan "nyasar" tetapi tetap datang sebelum acara di mualai dan masih dapat turut serta membantu mempersiapkan acara. Yang menyedihkan adalah Ryan, dengan jarak domisili terjauh menuju Dlingo dan telat bangun menjadikan dia tiba 20 menit acara berjalan.

Acara berjalan lancar, seperti acara pada umumnya diawali sambutan-sambutan dari Disperindakop Kabupaten Bantul, Perwakilan Pemerintah Desa, Lurah Pasar, Perwakilan Pedagang Pasar dan Perwakilan dari Tim Sekolah Pasar Rakyat. Dilanjutkan sesi pemaparan tentang Sekolah Pasar oleh bapak Puthut, kontrak belajar, pemilihan pengurus Sekolah Pasar Rakyat Dlingo-Sendangwesi dan rencana kurikulum"materi" oleh mbak Khilda, di langsungkan dengan diskusi dan dengar pendapat, penentuan hari kelas dan klinik Sekolah Pasar nantinya.

Hasil Petemuan :
1. Sekolah Pasar Rakyat Dlingo dan Sekolah Pasar Rakyat Sendang Wesi, digabung menjadi satu Sekolah Pasar Rakyat "SPR Dlingo-Sendangwesi"
2. Pertemuan kelas dan klinik Sekolah Pasar Rakyat Dlingo-Sendangwesi setiap hari pasaran yaitu : Pahing dan Kliwon
3. Lokasi pelaksanaan pertemuan, kelas dan klinik dilakukan secara bergantian yaitu ; hari pasar minggu pertama di Pasar Dlingo dan hari pasar minggu kedua di Pasar Sendangwesi
4. Materi kelas berdasarkan modul sekolah pasar yang beradaptasi dengan kondisi Pasar Rakyat Dlingo-Sendangwesi
5. Kamis 10 Oktober, disepakati menjadi kelas pertama yang akan dilaksanakan di Pasar Dlingo.

Selesai acara Tim Sekolah Pasar Rakyat berkunjung ke Pasar Sendangwesi, akan tetapi pedagang pasar tinggal beberapa pedagang saja yang masih berada di pasar.

Catatan Pribadi :
Pasar Dlingo, pertama kali turun ke Pasar Dlingo saat meninjau lokasi dan menyampaikan surat undangan FGD Tim Riset Sekolah Pasar Rakyat sebagai pribadi saya tidak tau apa yang nantinya bisa diperbuat di pasar ini. Kondisinya sungguh memprihatinkan, bangunan yang jauh dari kata layak, banguan dibuat dari kayu yang alakadarnya sekedar bisa menaruh barang dagangan, sebagian lagi hanya mengunakan terpal dan karung bekas yang dihampar ditanah sebagai alas barang dagangannya. Lahan pasar yang sempit, dan sebagian berdagang di badan jalan yang jika hari biasanya adalah jalan penghubung antar desa. Pasar Dlingo, memang masih dalam tahap pembanguan sehingga pedagang berinisiatif untuk berjualan di lahan desa di belakang pasar milik desa. Sementara pembanguanan Paasar Dlingo masih dalam proses dan baru 15 Desember 2013 mendatang kemungkinan dapat ditempati.

Kondisi pasar yang alakadarnya, tidak menjadikan pedagang di sana kemudian patah semangat atau berdagang dengan apa adanya. Para pedagang tetap terlihat semangat menjadikan diri mereka sebagai pedagang yang "melayani" konsumen dengan sebaik mungkin. Senyum, sapa, saling tanya kabar, antara pedagang dan konsumen tetap melekat, budaya lemah lembut, budaya utang-piutang, budaya ngeluihi "memberi bonus berat timbangan" masih dipegang oleh pedagang. Semua sama, tidak ada yang berbeda. Di sini sebagai pribadi kemudian saya melihat betapa kearifan lokal ke-Indonesian di Pasar Tradisional yang terus saja hidup dalam kondisi apapun, sehingga menjadi sebuah gambaran bahwa pasar sebagai mana fungsinya "tempat berkumpul, bertemunya penjual dan pembeli" yang di sana terjadi interaksi sosial yang tidak dapat lepas dari sekedar aktivitas ekonomi semata. Hal ini yang tidak boleh luntur apalagi sengaja dihilangkan dengan konsep modernisasi layaknya sistem retail modern "yang pelayannya mengucapkan salam setiap kali konsumen masuk, sebagai ceremonial semata yang terkadang diputar berulang-ulang dari soundsistem di atas pintu" penjual dan pembeli hanya melakukan aktivitas ekonomi.

Sekolah Pasar Dlingo, itu tantangan. Medan yang cukup menantang dan jarak yang cukup jauh bagi saya sebagai Individu, kemudian status sebagai mahasiswa dan ditambah lagi Sekolah Pasar Dlingo diselenggarakan berdasarkan hari pasaran menjadikan tim akan kesulitan dalam mengatur jadwal mereka antara kuliah dan mengabdi di Pasar. 

Akan tetapi, ini adalah semangat baru, ini pertama di Sekolah Pasar Rakyat, satu tim dan satu program langsung untuk dua pasar. Sebuah tantangan hendaknya menjadikan sebuah penyemangat baru. Semoga kedepannya, Sekolah Pasar Rakyat Dlingo-Sendangwesi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan dicita-citakan bersama. Sehingga "jangan ijinkan hati ini menjadi kerdil dan takut, karena fungsi kaum yang sempat mengenakan almamater adalah pengabdian".

0 komentar:

Posting Komentar