Materi, Tugas, Artikel, Kuliah dan Umum

Blog Archive

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Rabu, 18 Mei 2016

Penelitian Kuliah Manajemen Kereta Andong Terancam Punah


Artikel berikut adalah penelitian mahasiswa kelas manajemen Universitas Mercu Buana Yogyakarta, mengenai kereta Andong di Yogyakarta.Di susun oleh Eri Herwanto

Penelitian Kuliah Manajemen Kereta Andong Terancam Punah

Kereta andong asal mula munculnya di Yogyakarta yang sering disebut kota istimewa di Indonesia, Istimewa kotanya, Istimewa akan budayanya, Istimewa akan tempat wisatanya, Istimewa orang atau masyarakatnya dll. Andong muncul sejak zaman kolonial/belanda. Andong saat itu merupakan sarana angkutan utama masyarakat pada waktu itu. Sementara kendaraan bermotor masih jarang ditemui dan amat langka pada zamannya, dan hanya dipakai oleh belanda serta pembesar pribumi. Andong memiliki ukuran panjang 450 cm, Lebar 135 cm dan tinggi 190 cm.

Pada tanggal 25 maret 2015 saya dan teman-teman tertarik untuk melakukan sebuah observasi di jalan malioboro mengenai andong tersebut dan disana yang kami wawancarai adalah seorang bapak harjono yang kini telah berusia atau umur beliau 40 tahun, yang kini telah memiliki dua orang anak yang mana anak pertamanya telah menginjak dibangku SMA, sedangkan yang kedua dibangku SMP, dan profesi bapak harjono saat ini sebagai penarik andong yang mana pengalaman profesinya ini sudah sangat lama sekitar 25 tahun lamanya beliau bergelut sebagai penarik andong lokasi tempat beliau kerja ditempat yang terkenal akan keramaiannya, yaitu dijalan kawasan malioboro.

Kereta andong salah satu alat transportasi khas kota yogyakarta, sebutan lain andong, yakni delman, bendi, maupun sado. Andong Yogyakarta memiliki salah satu khas tersendiri dari beberapa daerah yang lain, seperti surakarta dan cirebon, ialah pada bentuknya yang kecil, meski sama-sama beroda empat. Ditilik dari sejarahnya andong merupakan kereta kuda beroda empat yang boleh digunakan para bangsawan, penjelasan selengkapnya bagaimana andong beralih fungsi, dari kendaraan para bangsawan keraton hingga menjadi alat transportasi publik dan pariwisata, dapat ditemui di museum kereta yang berada disebelah barat keraton yogyakarta.

Penjelasan yang didapat dari penarik andong : Bapak harjono untuk melakukan perawatan pada kuda seharinya itu mencapai biaya sebesar Rp.40.000,00 saat melakukan penarikan andong pada penumpang tarif biaya dikenakan sebesar Rp.70.000,00 dan dalam keseharian bapak harjono mendapatkan pelanggan 1-2 kali dihari biasanya, sedangkan pada hari libur penarikan andong dapat mencapai 3-4 kali pada hari libur terjadi peningkatan.

Bapak harjono memiliki 3 kuda. Untuk makanan biasanya kuda diberi makanan dedak dan pohon kacang tanah pada musim hujan dan rumput pada musim kemaraunya. Untuk pembelian andong modal yang kita harus keluarkan berkisaran sebesar Rp.55. 000.000,00-60.000.000 ,00 Dengan rincian untuk harga kudanya biaya yang butuh kita keluarkan untuk pembelian kuda sebesar Rp.15 juta dan untuk pembelian kereta andongnya itu mencapai sebesar Rp.40.000.000,00.

Untuk melakukan penarikan andong kuda baru bisa melakukan penarikan saat kuda telah berusia mencapai 2 tahun kata pak harjono, sebelum itu kuda telah dilatih 4 bulan lamanya oleh bapak harjono sendiri. Ketika ditanya pemerintah adakah memberi bantuan pada andong pada pak harjono, beliau menjawab “ada” pemerintah membantu dengan memberikan celana kuda pada kereta andong. Apa saja yang membuat penarik kereta andong ini sepi, Beliau bapak harjono pun menjawab adalah karena disebabkan banyaknya angkot yang menyebabkan sepinya penarik andong yang terjadinya bertepatan tahun 1990-an dan pada saat itu malioboro tidak seramai sekarang. Sehingga penarik andong banyak beralih profesi.

Dan untuk lebih mengetahuinya lagi mengenai andong Selanjutnya observasi yang kedua dilakukan pada tanggal 08-april-2015 saya dan teman-teman melakukan observasi kedua dimana pembahasannya kali ini ditempat proses dalam pembuatan kereta andong, dan ini kami lakukan lokasi ditempat Desa Jetis, Kelurahan Patalan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul. Pengrajin andong didesa tersebut namanya adalah seorang bapak sumardi dan usia beliau telah berumur 50 tahun tahun (Anak ke 3 dari 5 bersaudara, dan merupakan salah satu Generasi ke-3 pengrajin andong dari tahun 1900) dan telah memiliki 2 orang anak, yang anak pertama sudah bekerja, sedangkan anak kedua baru menginjak didunia pendidikan ditingkat SD yang baru duduk dibangku kelas 5.

Penjelasan yang didapat :

Bapak sumardi belajar membuat kereta andong dari ayahnya sendiri dan ini dilakukan keluarga bapak sumardi turun temurun atau generasi ke generasi diwariskan dalam bidang profesi tersebut dan alat yang digunakan dalam pembuatan kereta andong sangat tradisional contohnya, terdiri dari palu, kapak, gergaji, alat ukir yang masih tradisional dll.

Untuk harga kereta andong tergantung seperti apa pemesanan yang dilakukan oleh keinginan pelanggan tersebut, harga kereta andong biasanya berkisar Rp.60 juta harga yang sesuai, karena untuk membuat kereta andong membutuhkan proses yang cukup lama sekitar 4-5 bulan kereta andong pun baru selesai dan itu pun bapak sumardi kerjanya gotong royong, yaitu dibantu keempat saudaranya dalam pembuatan kereta andong. Dalam membeli kereta andong terlebih dahulu melakukan pemesanan.

Saat dibengkel pembuatan andong, saya dan teman-teman melihat kereta andong Gusti Yuda, Adik Sultan Hamengkubowono, dan ditempat bengkel ini para Sultan sering memesan andong ditempat pak sumardi, dari berbagai macam daerah atau kota salah satunya, Contoh : dari Yogyakarta, Solo, Malang dll. bahkan media masa seperti televisi telah beberapa kali menayangkan atau mewawancarai pembuatan kereta andong pada bapak sumardi. Kata bapak sumardi, pemesanan kereta andong dari tahun ke tahun makin menurun, mungkin disebabkan perkembangan zaman yang telah modern dan ini telah menjurus diambang akan kepunahannya kereta andong, karena tiap tahunnya terjadi penyusutan dalam perkembangan kereta andong.

Di era yang modern ini, andong merupakan salah satu kendaraan yang tradisional yang masih tetap eksis di Yogyakarta, khususnya malioboro karena andong yang notabene adalah ikon malioboro ini masih sangat digemari oleh wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Oleh karenanya lah andong menjadi alternative mata pencaharian sebagian masyarakat kecil kota yogyakarta. Puluhan tahun lalu andong merupakan salah satu angkutan umum massal primadona, masyarakat perkotaan, namun seiring pesatnya perkembangan dunia otomotif, lambat tapi pasti ia pun mulai mendapat saingan yang tak bisa dikejarnya, Posisi andong akhirnya bergeser , dari salah satu alat transportasi utama menjadi sekadar peninggalan masa lalu yang lebih banyak bertebaran ditempat-tempat rekreasi ini disebabkan karena orang zaman sekarang lebih senang naik angkutan umum bermotor atau menggunakan kendaraan pribadi dibanding naik kereta andong.

Walau sudah banyak kendaraan yang cepat dan murah di zaman modern ini dan kalo ongomongin kereta andong/kereta kuda/dokar/delman kurang lengkap kalo nggak ongomongin yogya, karena merupakan ke khassan dan ke aslian daerah yogya bisa kita dapatkan melalui salah satunya ke istimewaan kereta andong tersebut dan merupakan aset sebuah kekayaan akan bangsa kita sendiri.

Kelebihan :

1) Tidak perlu takut akan razia polisi
2) Bahan bakar murah melimpah dan ramah lingkungan
3) Perjalan terasa santai
4) Suara lonceng yang unik

Berawal dari fungsi sebagai kendaraan keraton, kereta kuda ini telah bertransformasi dan lebih banyak ditemui diluar tembok keraton sebagai kendaraan wisata. Inilah kereta andong. Bisa menemuinya dikawasan malioboro, pasar bering harjo, alun-alun utara sisi barat, pasar ngasem sisi timur dll. Dan kendaraan andong perlu kita lestarikan karena merupakan aset terutama di daerah istimewa Yogyakarta, dan merupakan kekayaan ragam bagi sebuah negara kita sendiri Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar