Kamis pagi, tepat pukul 7.30 tanggal 7 Maret 2013 para ksatria Sekolah Pasar Rakyat bersiap-siap berangkat ke Pasar Grabag untuk kelas pertama pada periode yang kedua. Ada beberapa orang yang tampak hadir di Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (PUSTEK) UGM. Siapakah mereka? Ada Ryan sebagai komandan Pasar Grabag, Khilda, Pak Puthut, Seto, Mas Istianto dan saya. Sambil menanti jarum jam menunjukkan pukul delapan pagi, masing-masing dari kami melakukan aktifitas yang berbeda. Mas Istianto sedang asyik dengan segelas kopi hitamnya dan sebatang rokok kretek, Ryan sibuk menatap netbooknya, Khilda menikmati segelas susu coklat, Seto dan pak Puthut entah kemana mungkin sedang bersiap-siap juga dan saya tentunya sedang meyeruput secangkir susu coklat. Ups ada satu orang yang hampir terlupa, dialah Bung Aziz yang asalnya dari Lamongan, dia dengan asik ber Facebook ria.
|
suasana kelas SPR - Grabag |
Pukul delapan pagi sesuai janji, kita akan berangkat. Dan saat ini sudah lewat satu menit, bersamaan dengan itu terdengar bunyi langkah kaki memasuki Pustek, dan siapa pemilik suara langkah kaki itu? Dia adalah Bung Advis Vijay. Kami melakukan checking barang-barang akan akan dibawa yaitu Buku tamu, abseni untuk pedagang alat tulis, Sirup Secang pesanan Bu Sri Pangat serta Rundown acara yang telah sebelumnya dibuat. Tak terasa jam menunjukkan pukul 8.10. Namun kami belum beranjak juga dari tempat singgasana. Dalam penantian, muncullah Rindu, ternyata dia jadi ikut ke Pasar Grabag. Komandan Ryan pun mengajak kami untuk bergegas ke mobil. Sebelum instruksi Komandan Ryan kami laksanakan, Mas Istianto mengatakan bahwa, pasukan PPM dari UIN Suka jurusan Pemberdayaan Masyarakat Islam juga akan ikut dengan kita, tapi ga tau ini kok belum datang. Trus gimana dong, “ kata Komandan Ryan. Ya sudah kita bagi dua rombongan saja. Rombongan pertama ikut mobil Pak Puthut yang terdiri dari pak Puthut, Advis, Khilda, Lily, Seto dan Ryan sedangkan rombongan kedua ada Rindu, Mas Istianto, Aziz. Oke kita berangkat. Baru saja rombongan pertama melangkahkan kaki dar PUSTEK, Ivan Raharjo pun datang dengan motor maticnya. Jadi kita tambah personel lagi ini.
Tak perlu menunggu lagi, rombongan pertama melaju dengan kecepatan sedang menuju lokasi. Jalan padat merayap dipenuhi oleh kendaraan-kendaraan. Memandang kanan kiri yang terlihat hanyalah bangunan-bangunan serta orang-orang berjalan berlalu lalang di trotoar. Tak ada satupun pemandangan bernuansa hijau. Bagi saya ini membosankan, ditambah lagi suasana di dalam mobil yang hening. Beruntungnya adalah kemudian Pak Puthut memutar lagu Isabella yang dinyanyikan oleh ST12. Suasana menjadi cukup cair ditambah lagi dengan obrolan-obrolan yang mengalir. Lagu Isabella salah satu lagu kesukaan Pak Puthut.
Mobil terus melaju melewati jalan aspal dan tak lupa komandan Ryan mengistruksikan bahwa nanti kita mampir untuk sarapan pagi ditempat Pak Min. Setiap ke Pasar Grabag kami hampir selalu mengisi perut yang keroncongan di Sop Ayam Pak Min. Mungkin karena sudah cocok ya jadi susah untuk pindah ke tempat lain. Perjalanan ke Pasar Grabag menempuh waktu sekitar satu setengah jam melewati jalan Daendels yang sangat indah.
Kami sampai di pasar pukul 10.38 dan ternyata rombongan kedua telah sampai terlebih dahulu. Yang belum kami lihat adalah mahasiswa dari UIN Sunan Kalijaga. Rombongan pertama menuju los Bu Jini, dan kamipun disambut dengan aneka gorengan dan beberapa hidangan yang menggoda. Terlihat Aziz sedang menyantap masakan Bu Jini dengan lahapnya. Seto dan Advis sedang meminum es jeruk, Ivan, Rindu dan saya mencicipi gorengan Bu Jini. Meyusul Mas Istianto yang akan sarapan pagi juga. Yang lain sedang ngobrol dengan Pak Pangat di selasar tempat diselenggarakan kelas pasar Grabag.
|
Pak Puthut , menyampaikan materi koperasi |
Sesuai perencanaan awal kita akan memulai kelas pukul sebelas maka setelah dari Bu Jini, sesegera mungkin kami menuju selasar Pasar Grabag untuk persiapan. Tikar digelar, meja untuk Buku tamu, dan absensi untuk pedagang telah siap. Hanya saja pedagang belum kunjung datang meski waktu telah menunjukkan pukul 11.30. Aha! Kemudian teringatlah akan sebuah hal, Lagu campursaripun menjadi bentuk undangan bagi para pedagang Pasar Grabag untuk datang ke kelas Pasar maka kami memutar lagu yang ada di Handphone milik Seto. Satu persatu pedagang mulai berdatangan, beberapa diantara kami juga keliling mengajak pedagang untuk menuju kelas pasar. Saya mendatangi salah satu pedagang dan ada yang menjawab tidak merasa diundang di Kelas kali ini. kok bisa ya? Satu persatu pedagang memasuki selasar Pasar Grabag dan datang pula dari Disperindakop, Bappeda, sahabat dari STIE Rajawali serta mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang sedang PPM. Luar biasa.
|
Suasana Kelas SPR - Grabag |
Acara semakin bergelora ketika kami menanyikan lagu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Ibu Warni dari pedagang. Dilanjutan dengan sambutan-sambutan, Khilda selaku MC membacakan rundown acara. Setelah itu ada sambutan-sambutan, yang petama dari Bapak Supangat selaku Kepala Sekolah, kedua dari Bappeda serta dari Disperindag yakni Ibu Suhartini sekaligus mewakili Bapak Bupati yang berhalangan hadir. Kelas dimulai dengan mengucapkan yel-yel, “ kepiye uripe tetep sumringah” yes yes yes. Materi kelas pertama periode kedua tentang Koperasi disampaikan oleh Pak Puthut Indroyono. Materi diawali dengan sebuah pertanyaa kepada pedagang. Menurut Ibu-ibu, modal itu apa? Modal ya uang pokok, “ jawab pedagang. Nah yang akan saya jelaskan disini adalah bukan modal uang tapi Modal sosial. Pak Puthut juga bertanya Bapak/Ibu sudah pernah mempromosikan barang. Maksudnya itu towo (dalam Bahasa Indonesia maksudnya adalah tawar menawar), “ jawab pedagang. Ya sudah, “jawab pedagang. Apakh bentuk promosinya dilakukan leh Pihak Pasar atau dari Pak Lurah atau bagaimana? Untuk membangun Pasar yang mandiri kita membutukan yang namanya modal mateial, modal intelektual dan modal sosial. Modal sosial di Pasar Grabag misalnya adalah individu yang mengurus parkir, retribusi, sampah, ada Paguyuban.
|
Tepuk tangan "kepiye uripe tetep sumringah" |
Jadi Pasar Grabag terbentuk dari berbagai komponen tersebut. Nah itulah pola yang membentuk modal sosial Pasar Grabag. Kalau kita mampu menunjukkan modal sosial kita maka ini menjadi harapan kita semua. Ada sebuah kutipan dari teman kita, ketika akan mengembangkan modal sosial ternyata dengan diskusi, berkumpul itu mampu membangun modal sosial. Nah bagaimana nanti mengembangkan modal sosial. Berdasarkan beberapa temuan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membangun modal sosial yaitu :
1. Bersifat sukarela, tidak ada paksaan dari pihak manapun
2. Keanggotaan terbuka
3. Kontrol Demokratis, moda sosial akan berkembang ketika semua anggota dapat melakukan pengawasan bersama
4. Pembatasan balas jasa terhadap modal (finansial), koperasi itu seharusnya tidak boleh untung. Yang seharusnya untung adalah para anggotanya.
5. Otonomi dan Independensi (kemandirian)
6. Pendidikan, Pelatihan dan Informasi
7. Kerjasama Antar Koperasi
8. Kepedulian pada Masyarakat
Materi pada sesi akhir agak dipercepat karena sudah siang dan beberapa pedagang yang meninggalkan kelas. kelas berakhir pada pukul 13.08. Total pedagang yang hadir adalah 33 orang. Kelas diakhiri dengan pernyataan dari Pak Supangat bahwa sudah ada rancangan Pengurus untuk Koperasi Pasar Grabag. Pedagang yang datang di kelas tak sebanyak periode sebelumnya karena sedang musim panen. Nah begitulah sekelumit kisah perjalanan ksatria Sekolah Pasar Grabag. Tunggu kelanjutan kisahnya.
Catatan perjalanan oleh :
Team SPR Grabag dan Bendahara SPR
Foto :
Pj SPR Grabag dan Team Divisi Pendidikan SPR