Materi, Tugas, Artikel, Kuliah dan Umum

Blog Archive

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Jumat, 20 September 2013

Buku Kecil itu Hebat



Kecil itu Hebat, adalah sebuah buku berisikan kisah nyata perjuangan ekonomi rakyat dari hasil observasi mahasiswa Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Dalam buku ini kembali menyoal betapa kuat dan hebatnya rakyat sebagai pelaku ekonomi  yang mandiri. "Mereka kecil, mereka terpinggir, tersisihkan karena tidak ada yang besar menyentuhnya".

Pembelian buku : 085643190105

Kamis, 19 September 2013

Vidio | Sekilas Tentang IbK


Vidio Sekilas tentang Iptek bagi Kewirausahaan | Olahgawe +Ryan Ariyanto 



Pengangguran intelektual berlatar belakang sarjana tahun ini sudah tembus lebih dari 1 juta jiwa.Paralulusan perguruan tinggi yang bekerja tak sesuai dengan bidangnya pun sudah tak terbilang jumlahnya. Sampai hari ini pun Indonesia makin dibanjiri produk-produk buatan luar negeri. Seolah kita bukan lagi tuan di negeri sendiri. Bangsa kita tidak lagi berdaulat dan mandiri. Kekayaan SDA yang melimpah belum diolah menjadi lapangan usaha bagi seluruh anak bangsa. Berbagai potensi yang tersedia tak kunjung menjadikan kemakmuran bagi semua. 0,1% usaha besar (korporat) bergelimang sejahtera, sementara 50 juta pelaku ekonomi rakyat terus berjuang dengan bermacam keterbatasannya, demikian diungkapkan Awan Santosa SE M.Sc Ketua Pusat Studi Kewirausahaan saat Deklarasi Indonesia Darurat Wirausaha! & Launching Program Iptek Bagi Kewirausahaan (IbK) Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Akibat dari lemahnya bidang kewirausahaan, Indonesia masih menjadi pemasok bahan mentah, pasar, dan penyedia buruh murah bagi pihak luar negeri. Pun tidak banyak lagi industri lokal milik rakyat Indonesia, yang sebagian besar diganti produk pabrikan swasta dari luar negara. Pada akhirnya 30 juta warga bangsa masih hidup dengan penghasilan kurang dari Rp. 7000/orang/hari.
Lebih lanjut Awan Santosa mengatakan, “Indonesia Darurat Wirausaha! Kewirausahaan harus digelorakan untuk menyelamatkan nasib dan masa depan bangsa Indonesia. Sebagai wujud dan implementasinya Pusat Studi Kewirausahaan Universitas Mercu Buana Yogyakarta meluncurkan program Iptek bagi Kewirausahaan (IbK) dengan 3 (tiga) program unggulan yang  akan menjadi inspirasi kemajuan dan kemandirian rakyat dan bangsa Indonesia:
  1. MercuFund; Pasar Modal Sosial berbasis teknologi informasi (TI) yang akan melakukan intermediasi pembiayaan (investasi) skala mikro/kecil dari civitas akademika kepada wirausaha mahasiswa dan UKM binaan kampus, yang ke depannya akan dijadikan pasar modal UMKM Indonesia.
  2. MercuShop; holding promosi dan portal e-bisnis yang akan menjadi media pemasaran produk wirausaha mahasiswa dan UKM binaan kampus, yang juga akan diinstall di beberapa lembaga/instansi mitra.
  3. MercuShare; klinik konsultasi bisnis bagi mahasiswa, UKM binaan kampus, dan usaha mikro/kecil desa di sekitar kampus UMB Jogja.
Kegiatan lounching kewirausahaan ini dilaksanakan pada hari ini, Kamis tanggal 14 Juni 2012 waktu Pk 09.00-11.00 Wib di Depan Gd. Rektorat UMB Jogja Jl Wates Km 10 Yogyakarta.  Turut hadir sekaligus membuka acara tersebut diantaranya Dr Alimatus Sahrah M.Si MM rektor UMB Yogya, Hasyim As’ari SE MM wakil rektor II serta Dr Ir CH Wariyah MP Kepala LPPM serta Santi Esterlita S.Psi M.Si anggota tim IbK.
Rektor mengharapkan, dengan memajukan kewirausahaan mahasiswa maka kita turut serta membangun kemandirian dan kedaulatan bangsa,   yang bertujuanmewujudkan kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (*GSun-Ardhie)
Sumber Tulisan : LPPM-UMBY

Rabu, 04 September 2013

Pembuat Sejarah, Pertemuan Pertama dan Pembukaan Kelas SPR Grabag



Kamis pagi, tepat pukul 7.30 tanggal 7 Maret 2013 para ksatria Sekolah Pasar Rakyat bersiap-siap berangkat ke Pasar Grabag untuk kelas pertama pada periode yang kedua. Ada beberapa orang yang tampak hadir di Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (PUSTEK) UGM. Siapakah mereka? Ada Ryan sebagai komandan Pasar Grabag, Khilda, Pak Puthut, Seto, Mas Istianto dan saya. Sambil menanti jarum jam menunjukkan pukul delapan pagi, masing-masing dari kami melakukan aktifitas yang berbeda. Mas Istianto sedang asyik dengan segelas kopi hitamnya dan sebatang rokok kretek, Ryan sibuk menatap netbooknya, Khilda menikmati segelas susu coklat, Seto dan pak Puthut entah kemana mungkin sedang bersiap-siap juga dan saya tentunya sedang meyeruput secangkir susu coklat. Ups ada satu orang yang hampir terlupa, dialah Bung Aziz yang asalnya dari Lamongan, dia dengan asik ber Facebook ria.

suasana kelas SPR - Grabag
Pukul delapan pagi sesuai janji, kita akan berangkat. Dan saat ini sudah lewat satu menit, bersamaan dengan itu terdengar bunyi langkah kaki memasuki Pustek, dan siapa pemilik suara langkah kaki itu? Dia adalah Bung Advis Vijay. Kami melakukan checking barang-barang akan akan dibawa yaitu Buku tamu, abseni untuk pedagang alat tulis, Sirup Secang pesanan Bu Sri Pangat serta Rundown acara yang telah sebelumnya dibuat. Tak terasa jam menunjukkan pukul 8.10. Namun kami belum beranjak juga dari tempat singgasana. Dalam penantian, muncullah Rindu, ternyata dia jadi ikut ke Pasar Grabag. Komandan Ryan pun mengajak kami untuk bergegas ke mobil. Sebelum instruksi Komandan Ryan kami laksanakan, Mas Istianto mengatakan bahwa, pasukan PPM dari UIN Suka jurusan Pemberdayaan Masyarakat Islam juga akan ikut dengan kita, tapi ga tau ini kok belum datang. Trus gimana dong, “ kata Komandan Ryan. Ya sudah kita bagi dua rombongan saja. Rombongan pertama ikut mobil Pak Puthut yang terdiri dari pak Puthut, Advis, Khilda, Lily, Seto dan Ryan sedangkan rombongan kedua ada Rindu, Mas Istianto, Aziz. Oke kita berangkat. Baru saja rombongan pertama melangkahkan kaki dar PUSTEK, Ivan Raharjo pun datang dengan motor maticnya. Jadi kita tambah personel lagi ini.

Tak perlu menunggu lagi, rombongan pertama melaju dengan kecepatan sedang menuju lokasi. Jalan padat merayap dipenuhi oleh kendaraan-kendaraan. Memandang kanan kiri yang terlihat hanyalah bangunan-bangunan serta orang-orang berjalan berlalu lalang di trotoar. Tak ada satupun pemandangan bernuansa hijau. Bagi saya ini membosankan, ditambah lagi suasana di dalam mobil yang hening. Beruntungnya adalah kemudian Pak Puthut memutar lagu Isabella yang dinyanyikan oleh ST12. Suasana menjadi cukup cair ditambah lagi dengan obrolan-obrolan yang mengalir. Lagu Isabella salah satu lagu kesukaan Pak Puthut.

Mobil terus melaju melewati jalan aspal dan tak lupa komandan Ryan mengistruksikan bahwa nanti kita mampir untuk sarapan pagi ditempat Pak Min. Setiap ke Pasar Grabag kami hampir selalu mengisi perut yang keroncongan di Sop Ayam Pak Min. Mungkin karena sudah cocok ya jadi susah untuk pindah ke tempat lain. Perjalanan ke Pasar Grabag menempuh waktu sekitar satu setengah jam melewati jalan Daendels yang sangat indah.

Kami sampai di pasar pukul 10.38 dan ternyata rombongan kedua telah sampai terlebih dahulu. Yang belum kami lihat adalah mahasiswa dari UIN Sunan Kalijaga. Rombongan pertama menuju los Bu Jini, dan kamipun disambut dengan aneka gorengan dan beberapa hidangan yang menggoda. Terlihat Aziz sedang menyantap masakan Bu Jini dengan lahapnya. Seto dan Advis sedang meminum es jeruk, Ivan, Rindu dan saya mencicipi gorengan Bu Jini. Meyusul Mas Istianto yang akan sarapan pagi juga. Yang lain sedang ngobrol dengan Pak Pangat di selasar tempat diselenggarakan kelas pasar Grabag.
Pak Puthut , menyampaikan materi koperasi

Sesuai perencanaan awal kita akan memulai kelas pukul sebelas maka setelah dari Bu Jini, sesegera mungkin kami menuju selasar Pasar Grabag untuk persiapan. Tikar digelar, meja untuk Buku tamu, dan absensi untuk pedagang telah siap. Hanya saja pedagang belum kunjung datang meski waktu telah menunjukkan pukul 11.30. Aha! Kemudian teringatlah akan sebuah hal, Lagu campursaripun menjadi bentuk undangan bagi para pedagang Pasar Grabag untuk datang ke kelas Pasar maka kami memutar lagu yang ada di Handphone milik Seto. Satu persatu pedagang mulai berdatangan, beberapa diantara kami juga keliling mengajak pedagang untuk menuju kelas pasar. Saya mendatangi salah satu pedagang dan ada yang menjawab tidak merasa diundang di Kelas kali ini. kok bisa ya? Satu persatu pedagang memasuki selasar Pasar Grabag dan datang pula dari Disperindakop, Bappeda, sahabat dari STIE Rajawali serta mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang sedang PPM. Luar biasa.

Suasana Kelas SPR - Grabag
Acara semakin bergelora ketika kami menanyikan lagu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Ibu Warni dari pedagang. Dilanjutan dengan sambutan-sambutan, Khilda selaku MC membacakan rundown acara. Setelah itu ada sambutan-sambutan, yang petama dari Bapak Supangat selaku Kepala Sekolah, kedua dari Bappeda serta dari Disperindag yakni Ibu Suhartini sekaligus mewakili Bapak Bupati yang berhalangan hadir. Kelas dimulai dengan mengucapkan yel-yel, “ kepiye uripe tetep sumringah” yes yes yes. Materi kelas pertama periode kedua tentang Koperasi disampaikan oleh Pak Puthut Indroyono. Materi diawali dengan sebuah pertanyaa kepada pedagang. Menurut Ibu-ibu, modal itu apa? Modal ya uang pokok, “ jawab pedagang. Nah yang akan saya jelaskan disini adalah bukan modal uang tapi Modal sosial. Pak Puthut juga bertanya Bapak/Ibu sudah pernah mempromosikan barang. Maksudnya itu towo (dalam Bahasa Indonesia maksudnya adalah tawar menawar), “ jawab pedagang. Ya sudah, “jawab pedagang. Apakh bentuk promosinya dilakukan leh Pihak Pasar atau dari Pak Lurah atau bagaimana? Untuk membangun Pasar yang mandiri kita membutukan yang namanya modal mateial, modal intelektual dan modal sosial. Modal sosial di Pasar Grabag misalnya adalah individu yang mengurus parkir, retribusi, sampah, ada Paguyuban.

Tepuk tangan "kepiye uripe tetep sumringah"
Jadi Pasar Grabag terbentuk dari berbagai komponen tersebut. Nah itulah pola yang membentuk modal sosial Pasar Grabag. Kalau kita mampu menunjukkan modal sosial kita maka ini menjadi harapan kita semua. Ada sebuah kutipan dari teman kita, ketika akan mengembangkan modal sosial ternyata dengan diskusi, berkumpul itu mampu membangun modal sosial. Nah bagaimana nanti mengembangkan modal sosial. Berdasarkan beberapa temuan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membangun modal sosial yaitu :
1. Bersifat sukarela, tidak ada paksaan dari pihak manapun
2. Keanggotaan terbuka
3. Kontrol Demokratis, moda sosial akan berkembang ketika semua anggota dapat melakukan pengawasan bersama
4. Pembatasan balas jasa terhadap modal (finansial), koperasi itu seharusnya tidak boleh untung. Yang seharusnya untung adalah para anggotanya.
5. Otonomi dan Independensi (kemandirian)
6. Pendidikan, Pelatihan dan Informasi
7. Kerjasama Antar Koperasi
8. Kepedulian pada Masyarakat

Materi pada sesi akhir agak dipercepat karena sudah siang dan beberapa pedagang yang meninggalkan kelas. kelas berakhir pada pukul 13.08. Total pedagang yang hadir adalah 33 orang. Kelas diakhiri dengan pernyataan dari Pak Supangat bahwa sudah ada rancangan Pengurus untuk Koperasi Pasar Grabag. Pedagang yang datang di kelas tak sebanyak periode sebelumnya karena sedang musim panen. Nah begitulah sekelumit kisah perjalanan ksatria Sekolah Pasar Grabag. Tunggu kelanjutan kisahnya.





Catatan perjalanan oleh :

Team SPR Grabag dan Bendahara SPR
Foto :
Pj SPR Grabag dan Team Divisi Pendidikan SPR






Catatan Perjalanan SPR Grabag 10 April 2013



Rutinitas Kang Antok - Ngopi hitam di warung bu Jini
Yogyakarta, 10 April 2013
Hari ini, sesuai kesepakatan kami mengadakan pertemuan dengan para pedagang pasar Grabag. Tidak seperti biasanya, hanya Khilda, Rian dan Anto. Bukan karena kami bagian dari komite saja, tapi kerinduan menginjakkan kaki di pasar Grabag setelah beberapa pekan tidak kesana. Perjalanan dengan kendaraan roda dua dan menikmati sarapan “sego abang lombok ijo” menjadi berbeda...
Malam sebelumnya, kami meminjam motor matic Heri karena harus membawa selusin botol sirup secang pesanan Bu Pangat. (Terima kasih, sudah membantu kami mas Heri). Persiapan bahan diskusi apa saja yang akan kita bawa setelah di pasar Grabag. Sesuai hasil rapat divisi pendidikan, kita akan benar-benar menguatkan kelembagaan koperasi yang disiapkan para pedagang pasar Grabag dan agenda tetap sesuai kebutuhan mereka selama setahun ini.

Kami bertiga berangkat dari “istana” Pustek menuju pasar Grabag pukul 8.25. Suasana jalan masih cukup lengang dan belum terlalu panas. Menyisiri jalan Wates kami menemukan sebuah warung bertuliskan “sego abang lombok ijo” yang menggoda perut kami. Kami memesan menu nasi merah, gule jamu, tongseng belut, tak lupa tahu dan tempe andalan. Segelas kopi panas, es jeruk dan wedang uwuh yang jarang kami temui menghangatkan pagi ini.

Kami melanjutkan perjalanan setelah menikmati sarapan yang nikmat di pinggir sawah dengan harga yang murah meriah J. Kami memiih jalan berbeda dari biasanya juga, mencari jalan yang lebih “aman” untuk selusin botol sirup secang. Ya, jalanan memasuki wilayah Purworejo Jawa Tengah memang “kurang bersahabat”. Jalan yang kami susuri berbelok di daerah pasar Krendetan, sepanjang jalan hingga pasar Grabag kami membelah hamparan sawah yang sedang masa tanam. Dihiasi deretan gunung dan birunya langit. Teringat masa kecil bermain di pematang sawah, “entah bagaimana dengan anak sekarang yang jarang bermain di alam??”.

Pak Pangat - Kepala SPR Grabag
Sesampainya di pasar Grabag, kami langsung ke kios Bu Pangat untuk menyerahkan sirup secang pesanannya. Sekaligus menyapa dan bertukar kabar. Dan kami pun menitipkan beberapa surat undangan untuk acara bedah buku sekolah pasar pada tanggal 19 April mendatang. Setelah itu, seperti biasa kami menyapa beberapa pedagang yang kami lewati hingga kios kuliner Bu Jini. Menikmati segelas es dan gorengan begitu segar di tengah gerahnya siang ini.
Kemudian kami menunggu beberapa pedagang berkumpul di tengah pasar, tempat yang biasa kita gunakan sebagai kelas selama ini. tidak banyak yang hadir memang, karena hari ini bertepatan dengan pemilihan kepala desa dan acara lain. Kami duduk di tikar sambil berbincang mengenai koperasi pasar Grabag yang ternyata belum nyata bergerak.


Suasana Rapat Penguruh SPR Grabag
Pembicaraan dibuka oleh Rian, kemudian Khilda mengantarkan poin pembuka diskusi. Hasilnya kami menentukan tanggal 25 April 2013 sebagai pertemuan selanjutnya dengan agenda pertemuan seluruh pedagang pasar Grabag yang bersedia menjadi anggota koperasi. Juga membahas pengurus koperasi, kesepakatan terkait dengan sumbangan anggota dan pertemuan kelas yang diharapkan dari mahasiswa Purworejo sebagai pemateri.
Sebuah perkembangan yang luar biasa, pedagang pasar Grabag siap memandirikan diri. Sehingga ketergantungan terhadap sekolah pasar dapat diminimalisir. Prinsip dari pedagang, untuk pedagang
dan oleh pedagang mulai terasa. Segala keputusan membawa kepentingan bersama demi kemajuan pasarnya.

"Pegiat Pasar Rakyat - Grabag Purworejo"
Kami menutup acara dengan kelegaan dengan keputusan yang saling menguntungkan semua pihak, dinas pengelolaan pasar, paguyuban pasar, pengurus pedagang sekolah pasar dan terutama semua pegiat pasar Grabag. Kami tim sekolah pasar hanya berwenang sebagai fasilitator yang menjembatani kebutuhan pegiat pasar Grabag.
Selesai acara kami sholat di musola pasar yang “cukup kecil dan panas”. Lalu kami kembali disuguhkan secangkir kopi putih dan camilan di kios Bu Jini oleh Bu Leyeh. Dan seperti biasanya, kami selalu membawa buah tangan dari mereka. Manis sekali.

Tepat pukul 13.15 kami meluncur kembali ke Yogyakarta, menyusuri jalan yang membelah persawahan yang eksotis. “Betapa kaya alam Indonesia, indah..”. Kami segera pulang karena mengejar kuliah pukul 15.00 dan lagipula Rian dan Anto keadaan mengantuk berat karena tidak tidur semalam. “Huh.. sudah tahu perjalanan jauh, tidak menjaga badan”.
“Dan lembaran baru pasar Grabag akan terbingkai dengan semangat kebersamaan membangun”.
Terima kasih telah mengindahkan hari ini...


Catatan Perjalanan Oleh :

Khilda Maulidiah

Ketua Divisi PSDM SPR dan Anggota Komite SPR Grabag

Foto Oleh :

Ryan Ariyanto
Pj SPR Grabag dan Team Divisi Pendidikan SPR

Catatan SPR Cokrokembang Rabu, 17 April 2013


Suasana Pertemuan SPR-Cokro Kembang

Tim SPR berangkat dari Mabes sekitar pukul 11.00. Personil yang berangkat adalah Kang Anto (Kadiv Pendidikan), Michelle (Div SosMar), dan Hamzah (BPPM Balairung UGM). Michelle berangkat demi keperluan penulisan buletin SPR. Hamzah datang ke Pasar Cokro untuk menyusun tulisan bagi Balairung yang pada edisi berikutnya akan mengangkat tentang pasar rakyat.

Tim sampai di Pasar Cokrokembang sekitar pukul 13.30. Perjalanan ke Pasar Cokro membutuhkan waktu yang lebih lama dari biasanya karena di tengah jalan kami memutuskan untuk mencoba mencari jalan lain. Upaya luhur dan mulia ini berujung dengan muter-muter ga jelas atau biasa disebut dengan istilah TERSESAT!


Di pasar, kami telah ditunggu oleh Fajar (Tim SPR Cokrokembang) dan para pedagang.

Pertemuan hari ini adalah rapat bulanan Koperasi Pasar Cokrokembang dengan agenda utama adalah sistem keuangan koperasi. Rapat dibuka oleh Pak Sulis sebagai ketua koperasi.

Seperti biasanya, jika suatu pertemuan diikuti sebagian besar oleh kaum ibu maka suasana yang terbangun adalah riuh dan ceriwis :p Namun, kondisi seperti inilah yang membuat suasana menjadi sangat hidup, penuh dengan usulan, sanggahan, dan celetukan yang mengundang senyum.


Rapat ini menghasilkan beberapa putusan antara lain:

Pertama, pinjaman hanya dapat dilakukan pada saat rapat rutin. Pinjaman tidak bisa dilakukan diluar forum rapat. Putusan ini diambil untuk mempermudah kerja pengurus, keterbukaan dalam verifikasi calon peminjam, dan jumlah dana yang akan dipinjamkan.

Kedua, angsuran pinjaman dilakukan dengan beberapa pilihan. (1) setiap pon dan legi, (2) setiap pon atau legi, dan (3) setiap rapat koperasi. Pilihan (1) dan (2) untuk meringankan beban pembayaran angsuran dan jaminan kelancaran angsuran. Pilihan (3) diberikan kepada anggota yang merasa mampu melakukan satu kali membayar dalam setiap bulan. Namun jika terlambat akan diberikan denda keterlambatan sebesar Rp5000,00 per hari. Denda diberikan untuk menjaga kedisiplinan pembayaran angsuran.

Ketiga, dibuka kesempatan bagi anggota untuk menabung di koperasi. Namun, karena koperasi masih berusia muda maka disepakati bahwa tabungan anggota tidak akan memperoleh imbalan bunga tabungan.

Keempat, anggota koperasi bertambah dua orang sehingga total anggota Koperasi Pasar Cokrokembang berjumlah 58 orang.

Kelima, konsumsi rapat sebelumnya ditanggung oleh koperasi dan pengurus. Akhinya disepakati bahwa konsumsi akan ditanggung bersama oleh seluruh anggota dengan iuran Rp1000,00 per anggota.

Sekitar pukul 15.30 usailah rapat koperasi. Tim ngobrol-ngobrol sebentar dengan pedagang kemudian meluncur ke warung mie ayam depan Pasar Cokrokembang. Saya sendiri memilih menikmati mie ayam bakso dengan minuman susu putih hangat. Selamat menikmati.

Sekitar pukul 16.00 kami meninggalkan Pasar Cokrokembang. Di sekitar Berbah, Sleman saya berbelok ke SPBU dan tidur sejenak di mushola. Sementara Michelle meluncur meninggalkan kami. Pukul 18.30, saya sampai di Mabes SPR dengan selamat, basah, dan kelaparan.

Segelas kopi dan sebatang rokok mengembalikan kembali kehangatan badan dan hati yang sempat membeku ;)



Di Tulis Oleh
Istianto Ari Wibowo
Koordinator Divisi Pendidikan SPR
Foto Oleh
Ryan Ariyanto
Pj SPR Grabag dan Team Divisi Pendidikan SPR


Sarasehan PPM UIN - Sekolah Pasar Kranggan


Satu, per satu datang
Asari, menyambut tamu
 Pasar Kranggan, Selasa 23 April 2013. "Hari ini sarasehan dan hari ini hujan", pedagang yang di undang belum jua kunjung datang, temen-temen dari PUSTEK dan SPR masih dijalan terjebak hujan.

Sabar dan menunggu, satu per satu tamu undangan datang dan mengoreskan pena di buku tamu, kendati waktu acara rasanya dua jam maju kedepan dengan lantang. Namun kedatangan pedagang walau hanya satu, dua menjadikan "semangat kami kembali berkobar, ada harapan". 

Pembukaan
Wulan,
saat tanya jawab dengan pedagang
Akhirnya, sekitar jam 15:00 lebih banyak, acara di mulai, dan guyuran hujan semakin deras di luar, seakan bersorak "entah girang atau marah karena acara ini akhirnya terlaksana". Hikmat betul sarasehan PPM-UIN, lantunan ayat-ayat suci Al-Quran oleh bung Eboy mengisi kerelung hati segenap yang hadir, menjadikan hening suasana dalam keagungan firman sang pencipta "ALLAH SWT". Kemudian lanjutlah kepada sambutan dan presentasi materi dari kawan-kawan PPM-UIN.

Pak Rajendra, mengisi pertanyaan PPM UIN
Runtutnya ini susunan acara Sarasehan PPM-UIN

MANUAL ACARA SARASEHAN
14.00 – 14.10 : Pembukaan PJ : Wulan Mega Ristanti dan Ummam Shiddiq
14.10 – 14.20 : Tilawatil Quran Rosyid
14.20 – 14.50 : Pembukaan Acara * Sambutan Pustek UGM * Sambutan Pengelola Pasar Kranggan
14.50 – 16.00 : Acara Inti 1. Sosialisasi PPM 2. FGD dan Tanya Jawab Drs. Aziz Muslim, M.Pd (Dosen Pengembangan Masyarakat Islam) Siti Aminah, M.Si Andik Heni Susanti, MA
16.00              : Penutup PJ : Wulan Mega Ristanti dan Ummam Shiddiq


Foto oleh :
Ryan Ariyanto

Jepretan Tempoe Doelo



Jepretan - Kelas Pertama , Pertemuan Pertama,







Sebuah gambar berbicara lebih banyak dari ribuan kata. Begitulah ungkapan yang seringkali kita dengar mengenai manfaat yang begitu vital dari sebuah gambar atau foto. Ketika



kita sulit memahami sebuah kejadian yang dipaparkan dengan rangkaian kata-kata, maka sebuah gambar atau foto bisa memberikan kepada kita sebuah gambaran yang lebih detail. Melalui gambar atau foto kita bisa mengetahui bagaimana sebuah peristiwa terjadi, tak hanya peristiwa yang sedang hangat dibicarakan di masa kini namun juga peristiwa-peristiwa yang telah menjadi sejarah. "Sam Leinad"

Diera sekarang, era digital setiap dari kita tentu sangat hobi mengabadikan moment-moment terbaik kita. Puluhan atau ratusan foto pribadi mulai dari foto narsis, kuliner, atau peristiwa unik yang kita simpan di ponsel atau komputer dan juga kita unggah di media sosial semacam Facebook, Twitter, Instagram, Pinterest dan Fotokita dan lain sebagainya.

Andaisaja teknologi digital sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, tentu gambar-gambar yang di hasilkan akan jauh lebih banyak dalam mengisahkan kehidupan masa lalu untuk mengabadikan peristiwa, bangunan atau tokoh-tokoh perjuangan negara kita. Tapi keluar dari itu semua, mungkin sebagian dari kita sering, melihat-lihat pameran foto tempo doeloe..? dan itu benar-benar menakjubkan, begitu hidup dan begitu menarik. terlebih dengan yang hanya dua warna "HITAM-PUTIH"

Berbekal dari hobi melihat-lihat, foto tempo doeloe dan hobi warna hitam putih yang memang identik dengan tempo doeloe maka terciptalah keinginan untuk menjajal kembali "mengembalikan kembali nuansa tempoe doeloe" nuansa romantisme keindahan "hitam putih" dengan berbekal camera digital pemula dan ilmu seadanya, serta objek semau-maunya. hobi ini terus berjalan. sampailah terbentuk kelas Modeling Jepretan Tempo Doeloe. Anda juga suka, mari kita mencoba, salam Jepret.

Memaknai Sumpah Pemuda dalam Kesederhanaan




Lomba Membaca Naskah Sumpah Pemuda
Mapemdanews_28 Oktober 2012_ Hari sumpah pemuda adalah hari dimana seluruh pemuda di Indonesia bertekat untuk bersatu demi sebuah kemerdekaan. Namun belakangan peringatan hari sumpah pemuda seakan-akan tidak terdengar suaranya, terlebih di pelosok-pelosok desa. Seperti halnya yang terjadi di desa Dukuh dan Plumbon, kecamatan Kalibawang, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Sejak tahun 1945 sampai saat ini setelah reformasi baru pada  Minggu 28 oktober 2012 para anak-anak, pelajar SD dan SMP di desa tersebut bisa merasakan peringatan hari sumpah pemuda  yang di selenggarakan oleh Taman Baca Mapemda.  Taman Baca Mapemda adalah sebuah taman baca, dimana masyarakat luas dalam hal ini masyarakat desa baik anak-anak maupun orang tua dapat mengakses informasi bahan bacaan secara gratis. Taman Baca Mapemda di dirikan oleh mahasiswa yang tergabung dalam organisasi mahasiswa peduli masyarakat desa (MAPEMDA), yang merupakan unit kegiatan di luar kampus sebagai wujud pengabidan mahasiswa Universitas Mercu Buana Yogyakarta kepada masyarakat. Kegiatan ini telah berlangsung selama satu tahun, yang meliputi bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan kesehatan.
                Dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda pengurus harian Taman Baca Mapemda yang merupakan angkatan pertama kelas Taman Baca Mapemda mengadakan berbagai perlombaan bagi para anggota, seperti;  lomba membuat puisi untuk pahlawan, menceritakan tokoh pahlawan,tanya jawab, lomba membaca naskah sumpah pemuda dan menggambar. Kategori lomba juga di sesuaikan dengan tingkat kelas dan jenjang pendidikan dari kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP.  Riki Rahmat salah satu peserta  lomba membuat puisi untuk pahlawan  tingkat kelas 5 SD mengungkapkan. “Ini adalah puisi pertama saya, kalau saya tidak menang dalam lomba ini saya akan berjuang membuat puisi yang lebih baik lagi. Saya ingin seperti Jendral Sudirman yang tidak pernah menyerah”.
                Kegiatan memperingati hari sumpah pemuda yang di ikuti oleh 30 peserta ini begitu meriah walau sebenarnya terasa sangat sederhana,  bahkan para peserta lomba harus menunggu dua minggu untuk mengetahui hasil dari karya yang mereka lombakan. Hal ini di karenakan penjurian lomba di laksanakan oleh Pengurus MAPEMDA di  Yogyakarta. Menurut Haniah selaku ketua panitia peringatan hari sumpah pemuda taman baca mapemda, kegiatan kali ini sebagai salah satu cara menumbuhkan dan meningkatkan rasa nasionalisme serta sebagai media pengenalan kepada peserta taman baca mapemda tentang hari-hari besar nasional dan bagaimana kita bisa memaknainya. Ia jua berharap dengan adanya kegiatan semacam ini, minat baca dan anggota taman baca mapemda akan semakin bertambah. “Peringatan hari sumpah pemuda yang di kemas dengan berbagai perlombaan memang menjadi media promosi bagi pelajar yang belum bergabung” ungkap siswi kela 2, SMP 2 Ma’arif Kalibawang itu.
                Sementara itu di sela-sela kesibukanya karena banyaknya peserta yang masih kebingungan untuk memulai membuat karyanya.  Ariyanto selaku ketua umum MAPEMDA mengungkapkan bahwa acara peringatan hari sumpah pemuda ini di adakan secara mendadak, sebenarnya dalam jadwal rutin kunjungannya setiap dua minggu sekali, kali ini ia ingin berparisipasi dan merayakan hari Idul Adha 1433 H, bersama anak-anak didiknya, itu sebabnya sehari setelah perayaan hari Idul Adha ia sudah berkemas untuk kembali ke Yogyakarta. Tetapi justru anak-anak didiknya mengingatkan bahwa hari minggu 28 November 2012 adalah hari sumpah pemuda, sehingga ia baru di beri ijin pulang minggu sore. “Saya sendiri lupa, bahwa hari sumpah pemuda bertepatan hari minggu ini” tambahnya semabri tersenyum malu.  Sedangkan berkaitan dengan gerakan mengajar yang ia dirikan sejak satu tahun yang lalu ia tidak banyak memberi komentar, menurutnya memang sudah kewajiban kita semua untuk saling memajukan dan mengembangkan pendidikan bangsa, terlebih bagi para mahasiswa. “Sebagai peribadi gerakan mengajar mapemda, adalah balas jasa, dan pengabdian saya kepada masyarakat yang telah membiayai pendidikan saya melalui pajak yang mereka bayar” ungkap mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta yang juga sebagai penerima beasiswa unggulan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemdikbud. Terlepas dari semua itu, peringatan hari sumpah pemuda memang harus di maknai sebagai wujud rasa cinta terhadap tanah air.

Sumber : Kedaulatan Rakyat-Suara Kampus/erna

Peringati 1 Muharam di Pelosok Desa




Kegiatan Memepringati 1 Muharam Tb-Mapemda
Mapemdanews_ Kamis, 15 November 2012 atau lebih tepatnya pada tanggal 1 Muharram 1434 H, Taman Baca MAPEMDA mengadakan beberapa kegiatan untuk memperingati hari tahun baru islam yang dipelopori oleh organisasi MAPEMDA (Mahasiswa Penduli Masyarakat Desa). Beberapa diantara kegiatan tersebut adalah adanya acara yasinan dan lomba membaca Al-Qur’an surah Al-Alaq, selanjutnya kegiatan ini disambung dengan acara mengajar. Kegiatan ini diadakan cukup sederhana namun tujuan dari kegiatan ini tetap dapat tercapai, dimana tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengenalkan dan menanamkan kesadaran kepada anak-anak tentang pentingnya tahun baru islam, sehingga tidak hanya tahun baru masehi saja yang harus diperingati namun juga tahun baru islam.
Kegiatan ini dilakukan secara mendadak karena hampir semua kegiatan yang diadakan oleh MAPEMDA tidak direncanakan jauh-jauh hari, karena organisasi ini tidak ingin membuat kegiatan seperti yang dilakukan lembaga formal yang sudah memiliki agenda rutin yang telah di rencanakan jauh-jauh hari. Harapannya dengan kegiatan yang tidak teragendakan secara langsung ini maka dapat membuat anak-anak didesa ini merasa di spesialkan karena ada agenda yang mendadak dan kejutan-kejutan yang selalu diberikan.
Lomba membaca Al-Qur’an diadakan di taman baca MAPEMDA, yang bertempat di desa Dukuh  dan Plambon Kecamatan, Kalibawang, Kabupaten Wonosobo. Lomba ini di ikuti oleh para pelajar SD, SMP dan SMA di desa tersebut. Mereka begitu antusias dan senang mengikuti lomba peringatan tahun baru islam, karena kegiatan memperingati tahun baru islam ini baru pertama kali mereka ikuti.
Menurut Susanti selaku juri pada lomba tersebut dan juga sebagai anggota MAPEMDA dari Universitas Mercu Buana Yogyakarta mengungkapkan, “ anak-anak tersebut begitu antusias dengan lomba membaca Al-Qur’an ini, walau masih ada beberapa anak yang malu-malu dan masih belum lancar membaca Ayat-ayat tersebut namun mereka terlihat ikhlas dan tulus dalam membacanya.” Menurut Ghofur yang juga sebagai juri dalam lomba tersebut mengungkapkan, “ walau ada beberapa anak yang masih terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an tersebut, saya tetap merasa senang karena mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan antusis untuk mengikuti lomba ini sebagai peringatan tahun baru islam”.
Dengan adanya lomba ini diharapkan anak-anak di desa tersebut dapat mengembangkan dan memperlancar dalam membaca Al-Qur’an. Siti Isroh Hayati adalah salah satu peserta yang mengikuti lomba membaca Al-Qur’an mengungkapkan, “ketika saya mengikuti lomba tersebut, saya merasa sangat grogi dan deg-degan karena saya menjadi peserta yang terakhir”, jelasnya.
Setelah acara lomba selesai, dilanjutkan dengan acara mengajar, dimana mengajar disini adalah kami sebagai anggota MAPEMDA membagi anak-anak tersebut menjadi 3 kelompok dengan setiap satu kelompok ada satu pengajar. Setiap kelompok belajar dengan kelas yang berbeda, kelas yang dibuat adalah tentang dunia menulis, bedah ‘buku breaking the time’, dan JJTD (Jiwa-jiwa Tidak Dekat) atau renungan malam. Uniknya, kelompok ini tidak ditentukan oleh kami, tetapi dipersilahkan kepada anak-anak tersebut untuk memilih kelas mana yang mereka inginkan dan sukai.
Menurut Ariyanto yang juga sebagai ketua umum  MAPEMDA, kegiatan ini diharapkan bisa lebih luas cakupan pesertanya dan dengan lomba yang lebih pariatif. Lomba ini dilakukan oleh pengurus harian TB MAPEMDA dimana mereka masih siswa SD dan SMP. “kegiatan ini sudah luar biasa” tambahnya.
Hampir setiap peringatan hari-hari besar MAPEMDA membuat kegiatan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan membuka wawasan mereka. Meski sampai saat ini belum ada donatur pendanaan kegiatan. Semua di laksanakan secara suka rela dan patungan.

Sumber : Kedaulatan Rakyat-Suara Kampus/erna