Materi, Tugas, Artikel, Kuliah dan Umum

Blog Archive

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Jumat, 27 Mei 2016

Artikel Penelitian Revitalisasi Pabrik Gula Gundang Baru Klaten


REVITALISASI PABRIK GULA GONDANG BARU KLATEN


PENDAHULUAN

“Indonesia diperkirakan Organisasi Gula Internasional (ISO) akan menggantikan Cina sebagai negara importir gula mentah (raw sugar) terbesar di dunia.” Berikut sepenggal informasi yang kami temukan baru- baru ini di berita ternama. Tidak heran bagi kami, Indonesia dikatakan Negara importer yang cukup besar. Tidak lain, karena Indonesia memiliki pangsa pasar gula yang sangat besar. Masalahnya, Indonesia belum mampu untuk memenuhi pangsa pasar tersebut dengan produksi sendiri. Padahal bila kita dapat mendayagunakan pangsa pasar yang luas tersebut dengan baik kita dapat meningkatkan perekonomian tidak hanya bagi Negara tetapi juga ekonomi daerah terutama para petani.
Menurut Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, salah satu visi pembangunan industri nasional adalah Indonesia menjadi negara Industri Tangguh. Pada tahun 2025, dengan visi antara pada tahun 2020 sebagai negara Industri Maju Baru, karena sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995 antar kepala negara APEC pada tahun tersebut liberalisasi di negara-negara APEC sudah harus terwujud. Salah satu industri dari 35 Roadmap Pengembangan Klaster Industri Prioritas di bidang Industri Agro adalah industri gula (www.kemenperin.go.id). Dari visi tersebut, dapat disimpulkan bahwa industri gula adalah salah satu industri yang diharapkan untuk membuat Indonesia menjadi negara Industri Tangguh. Dengan demikian, industri gula juga dapat berpotensi baik untuk meningkatkan pendapatan daerah. Hal itu dapat tercapai apabila pabrik gula berjalan secara efektif dan kontinyu, sehingga produktivitas gula bisa maksimal.

Pada tahun awal 1930-an, negara kita pernah mengalami puncak kegemilangan perkebunan tebu, menjadi Negara pengekspor kedua terbesar di dunia setelah Negara Kuba. Dimana Negara Thailand, Brazil, Australia, India dan China yang nota bene merupakan Negara pengekspor gula terbesar.

ANALISIS KONDISI

Pabrik Gula Gondang Baru Klaten adalah salah satu pabrik gula yang ada di Indonesia terletak di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah yang merupakan unit usaha dari PT. Perkebunan Nusantara IX. Pabrik Gula Gondang Baru ini telah berdiri sejak tahun 1860 oleh N.V. Klatensche Jongkhervan der Wijk. Pada tahun 1871 luas wilayah perkebunan hanya 207,2 ha, tetapi pada tahun 1919, wilayah sistem produksi bertambah menjadi 852,2 ha (www.wisataagro9.com).

Saat ini Pabrik Gula Gondang Baru Klaten tidak berjalan secara efektif. Dalam 1 tahun, hanya berjalan pada musim giling tebu pada bulan Mei-Agustus. Selain bulan tersebut, pabrik gula ini berhenti beroperasi. Produktivitas gula pasir di Pabrik Gula Gondang Baru Klaten juga sering tidak mencapai target. Pada tahun 2008, target sebesar 210.000 ton tebu, tetapi hanya tercapai 115.000 ton juta tebu. Pada tahun 2011 juga gagal mencapai target, yang seharusnya mampu mencapai 140.000 ton tebu, tetapi hanya memperoleh 110.000 ton tebu. Untuk tahun 2012, produksi gula ditargetkan mencapai 10.414 ton dengan kebutuhan tebu sebanyak 180.000 ton tebu (www.harianjogja.com).

Pabrik gula Gondang Winangoen ini berbeda dengan pabrik gula lainnya karena ia masih menggunakan sistem pemurniaan dengan menggunakan karbonasi rangkap. Seperti contohnya pada pabrik gula Madukismo, Yogyakarta yang kini sudah menggunakan sistem sulvitasi. Pada sistem karbonasi rangkap zat yang dicampur untuk memurnikan gula adalah zat kapur atau batu gamping, sedangkan pada sulvitasi zat yang dicampurkan adalah sulfur atau yang dikenal sebagai belerang.

ANALISIS PERMASALAHAN

Berdasarkan wawancara yang kami lakukan saat observasi, ada beberapa hal yang menjadi permasalahan dan kendala dalam produksi gula yaitu sebagai berikut:
1. Semakin banyaknya hama dan penyakit membuat hasil dari panen tebu sendiri terhambat. Pada masa panen 100 kilogram tanaman tebu bisa menghasilkan rendemen 15 kilogram gula. Akan tetapi, sekarang terjadi perubahan yang cukup signifikan dari 100 kilogram gula hanya menghasilkan rendemen 7 kilogram gula.
2. Proses produksi yang tidak berjalan secara kontinyu,
3. Produksi gula di Pabrik Gula Gondang Baru Klaten seringkali tidak memenuhi target.
4. Kurangnya perhatian khusus untuk mencari bibit-bibit varietas tebu yang lebih unggul.
5. Karena pangsa pasar kita yang luas dan kemampuan kita yang belum bisa memenuhi kebutuhan kita sendiri mengakibatkan kita terlalu bergantung kepada negara pengimpor gula.
6. Tingginya harga gula lokal dibandingkan harga gula impor, sehingga masayarakat cenderung memilih gula impor yang lebih murah

PENYEBAB

Berikut penyebab munculnya permasalahan yang mempengaruhi penurunan produksi gula di pabrik gula Gondang Winangun
1. Kurangnya bahan baku yang tersedia
2. Rendemen bahan baku yang sedikit,
3. Peralatan-peralatan pabrik yang tua,
4. Proses pembuatan gula yang belum modern, boros dan mahal.

SOLUSI

Agar Pabrik Gula Gondang Baru Klaten ini bisa berjalan secara efektif dan mampu mencapai target produksi, sehingga dapat menjadi aset daerah yang potensial dan menambah pendapatan daerah, maka perlu dilakukan beberapa evaluasi dan pembenahan. Langkah pertama yang perlu dilakukan agar produksi bisa berjalan secara kontinyu sehingga target bisa terpenuhi, yaitu menambah persediaan bahan baku dengan cara memperluas lahan tebu dan mengarahkan petani Klaten dan sekitarnya untuk menanam tebu. Saat ini minat petani Klaten dan sekitarnya untuk menanam tebu masih sedikit karena rendemen tebu kecil dan tidak bisa dijual di pasar lain, dan harus disetor ke pabrik gula. 

Penyebab dari kecilnya rendemen tebu salah satunya adalah karena salah perlakuan pengairan. Saat musim kemarau, seharusnya lahan lebih sering diairi dan Klaten termasuk kota yang cukup air, seharusnya tidak masalah untuk pendistribusian air ke lahan-lahan tebu. Saat musim hujan, untuk mengontrol jumlah air di lahan harus dilakukan penyedotan air agar lahan tidak terlalu basah. Agar petani Klaten dan sekitarnya tertarik untuk menanam tebu, maka harus dilakukan sosialisasi dan pengarahan bagaimana menanam tebu yang tepat, membangun minat petani dan peneliti untuk memperbarui varietas tebu yang mampu menghasilkan rendemen yang banyak dan berkualitas baik, memberi kebebasan petani Klaten dan sekitarnya untuk menjual tebu ke pasar lain, dan juga mempermudah modal/pinjaman petani tebu di Klaten dan sekitarnya. Dengan dilakukan upaya-upaya tersebut maka dapat memperbanyak bahan baku dan memperbesar rendemen tebu, sehingga pabrik bisa berjalan secara kontinyu.

Langkah kedua yang harus dilakukan yaitu evaluasi dan perbaikan alat-alat pabrik yang sudah tua. Pabrik Gula Gondang Baru Klaten ini telah berdiri sejak dahulu dan produksi juga dinilai kurang efektif. Hal ini menyebabkan pabrik gula ini seringkali kurang mendapat perhatian dari pengelola dan Pemerintah setempat, dan juga diabaikan perawatan alat-alat produksinya, padahal kondisi alat sangat berpengaruh terhadap hasil produksi dan kecepatan proses produksi. Oleh karena itu, sebaiknya pihak pengelola dan juga Pemerintah setempat lebih memperhatikan keefektifan alat-alat yang ada di pabrik untuk mendukung proses produksi.

Langkah ketiga yaitu evaluasi terhadap proses yang dilakukan untuk pemaksimalan hasil produksi. Saat ini proses yang dilakukan di Pabrik Gula Gondang Baru Klaten adalah sistem Karbonasi, yaitu pemurnian air tebu dengan cairan kapur dan gas CO2. Sistem ini dinilai kurang efisien karena menggunakan bahan kokas yang harganya mahal. Kokas digunakan untuk memanaskan tobong kapur. Sedangkan pabrik gula lain yanga da di Indonesia dan luar negeri sudah menggunakan sistem Sulfatasi dan Defekasi. Sistem sulfatasi yaitu proses pemurnian dengan cairan kapur dan gas sulfur. Sedangkan sistem defekasi yaitu proses pemurnian hanya menggunakan cairan kapur. Untuk mengubah proses produksi dari sistem Karbonasi menjadi sistem Sulafatasi dan Defekasi ini membutuhkan biaya yang besar, sehingga untuk merealisasikannya perlu bantuan dari pihak Pemerintah Daerah setempat. Tetapi dengan pergantian sistem produksi ini akan mampu menghemat biaya produksi selanjutnya dan memaksimalkan hasil produksi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Untuk menjadikan industri gula sebagai salah satu industri yang bisa diandalkan untuk membuat Indonesia menjadi negara Industri Tangguh dan juga bisa menambah pendapatan daerah, maka harus dilakukan beberapa upaya revitalisasi terhadap efektivitas sistem produksi pabrik gula, salah satunya yaitu Pabrik Gula Gondang Baru Klaten. Pabrik Gula Gondang Baru Klaten sering tidak mencapai target produksi, dan beberapa penyebabnya yaitu proses produksi yang tidak kontinyu, kurangnya bahan baku, rendemen tebu yang sedikit, peralatan pabrik yang sudah tua dan proses produksi yang belum modern.

Upaya-upaya untuk mengatasinyaa yaitu :
1. Memperluas lahan tebu dengan meingkatkan minat para petani Klaten dan sekitarnya untuk menanam tebu agar proses produksi berjalan secara kontinyu.
2. Melakukan sosialisasi dan pengarahan penanaman tebu yang tepat agar rendemen banyak.
3. Melakukan penelitian untuk menambah varietas tebu yang baru.
4. Melakukan perbaikan alat-alat pabrik.
5. Mengevaluasi dan mengubah proses produksi yang ada di pabrik dari sistem Karbonasi menjadi sistem Sulfatasi dan Defekasi.

Dengan dilakukannya beberapa upaya Revitalisasi Sistem Produksi Pabrik Gula Gondang Baru Klaten tersebut, diharapkan mampu memaksimalkan efektivitas produksi gula di Pabrik Gula Gondang Baru Klaten, sehingga menambah pemasukan daerah dan menjadi aset daerah yang potensial. Sangat disayangkan apabila daerah Kabupaten Klaten yang sudah memiliki industri yang sebetulnya potensial, tetapi karena salah pengelolaan dan kurangnya perawatan serta perhatian dari pengelola dan Pemerintah setempat, aset ini menjadi terbengkalai dan tidak maksimal dalam proses produksinya.

Terimakasih telah berkunjung, semoga bermanfaat.
Penulis Nova Riyanto

Daftar Pustaka
Kaman Nainggolan, 2005. Kebijakan Gula Nasional dan Persaingan Global.Agrimedia. Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar