Materi, Tugas, Artikel, Kuliah dan Umum

Blog Archive

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Jumat, 27 Mei 2016

Artikel Penelitiaan Revitalisasi Pabrik Gula


REVITALISASI PABRIK

Keinginan pemerintah untuk meningkatkan produksi gula nasional dengan melakukan revitalisasi industri gula dipandang sangat tepat oleh para petani tebu. Namun, harapan petani revitalisasi tersebut harus berbasis tebu. Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR), kurang setuju jika program revitalisasi industri gula dilakukan dengan membangun pabrik gula rafinasi. Sebab hal ini justru akan menyebabkan Indonesia tidak sepenuhnya melakukan swasembada gula. Sebab masih harus mengimpor bahan baku dari luar negeri. Seharusnya, revitalisasi tersebut berbasis tebu, yaitu dengan melakukan revitalisasi industri yang sudah ada dan revitalisasi tanaman tebu.

Revitalisasi industri bisa dilakukan dalam dua hal. Pertama meningkatkan kapasitas terpasang pabrik yang telah ada, misalnya peremajaan mesin dan kedua peningkatan efisiensi proses produksi gula. Dengan peningkatan efisiensi proses pengolahan akan bisa meningkatkan tingkat randemen tebu dari saat ini sebesar 8% menjadi 10%. Sementara revitalisasi tanaman gula yaitu dengan melakukan perbaikan varietas tebu yang lebih baik. Dengan melakukan hal tersebut, maka produksi gula dipastikan akan mengalami peningkatan dari 10 ton per hektar menjadi 100 ton per hektar. Selain itu, perluasan lahan tebu juga diharapkan bisa terlaksana. Namun yang terjadi di lapangan, lahan tebu sudah banyak diubah menjadi perumahan dan kawasan pertokoan. Lokasi dengan pabrik gula terbanyak adalah pulau Jawa sebab Jawa sangat potensial untuk penanaman tebu yang merupakan bahan baku utama untuk membuat gula. Saat ini dari lahan seluas 440.000 hektar di pulau Jawa hanya menghasilkan 2,3 juta ton gula, namun apabila pabrik yang ada di Indonesia diperbarui, targetnya adalah 4,2 juta ton gula.

Produktifitas industri gula tidak berkembang karena produktivitas lahan dan rendemen, berubah saling menegasikan. Ketika produktifitas lahan (produksi tebu per hektar) naik, volume gula yang dihasilkan dari setiap ton tebu (rendemen) turun. Upaya pemerintah meningkatkan produktifitas melalui pemberian bantuan kepada petani untuk melakukan peremajaan tanaman tebu (program Bongkar Ratoon) dan subsidi pembelian mesin dan peralatan pabrik (revitalisasi pabrik gula), nampaknya tidak “greget”, kurang berpengaruh pada kinerja industri gula secara keseluruhan. Namun pada skala mikro, dampak program tersebut sebenarnya cukup positif, misalnya kenaikan yield terjadi pada wilayah – wilayah yang terpapar program Bongkar Ratoon. Namun, dampaknya pada industri secara keseluruhan menjadi tidak terasa karena terbatasnya cakupan program. Selain itu, insentif untuk merevitalisasi mesin dan peralatan kurang mendapat sambutan dari pabrik gula yang nota benenya adalah milik pemerintah sendiri.

Insentif untuk meningkatkan produktifitas juga cukup penting. Insentif yang dimaksud adalah untuk karyawan pabrik gula, guna meningkatkan kinerja karyawan. Karena pada saat ini industri gula bukan suatu hal yang menjanjikan bagi karyawan. Disamping banyak masuknya produk dan berdirinya pabrik gula milik asing, industri lain non perkebunan (gula) lebih banyak menyerap tenaga kerja. Penting bagi pemerintah dan pemilik industri pabrik untuk mendiskusikan hal ini. Penyetaraan upah minimal dan mungkin insentif lain, yang bisa saja menjadi motivasi bagi karyawan untuk bersinergi mempertahankan eksistisitas pabrik gula daerah. Sebagai contoh nyata pentingnya upah pekerja adalah beberapa demonstrasi yang dilakukan oleh karyawan pabrik gula, misalnya PG Mritjan Kediri yang melakukan aksi demo kenaikan upah; PG Jatiroto Lumajang yang juga melakukan aksi sama lalu berujung pada negosiasi yang kebetulan disaksikan oleh anggota Komisi VI DPR yang kala itu sedang melakukan kunjungan ke PG tersebut; PG Radjawali Gorontalo yang bahkan melakukan mogok kerja selama 2 hari karena menuntut kenaikan upah dari 430 ribu rupiah per bulan/kayawan menjadi 800 ribu rupiah per bulan/karyawan yang terjadi pada tahun 2003 silam; dan masih beberapa aksi demonstrasi lain yang dilakukan semata untuk menuntut hal yang sama, yaitu upah.

Permasalahannya, dengan jumlah PG BUMN sebanyak 51 unit yang rata- rata umur mesinnya sudah tua, maka investasi yang diperlukan untuk melakukan restrukturisasi akan sangat besar. Dilain pihak, dana yang disediakan pemerintah terbatas. Pemerintah perlu membuat prioritas dengan mengalokasikan dana kepada pabrik gula yang memang sangat memerlukan. Tentunya untuk melakukan ini pemerintah memerlukan informasi awal tentang kondisi peralatan pabrik gula agar sasaran restrukturisasi berjalan efektif. Salah satu tool yang telah banyak digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas dan efisiensi dari peralatan keseluruhan pabrik khususnya pada industri manufaktur, adalah Overall Equipment Effectiveness (OEE). Penggunaan metode OEE dimaksudkan untuk membantu pemerintah dalam menentukan daftar PG yang perlu mendapat prioritas program revitalisasi. OEE ialah metrik atau ukuran untuk mengevaluasi efektivitas peralatan. OEE berupaya untuk mengidentifikasi kehilangan produksi dan kehilangan biaya lain yang tidak langsung dan tersembunyi, yang memiliki kontribusi besar terhadap biaya total produksi. Informasi dari OEE digunakan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan penyebab dari rendahnya kinerja suatu peralatan. OEE sendiri merupakan studi kasus yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang peduli akan keberlangsungan pabrik gula di Indonesia. Karena sudah menjadi suatu pernyataan umum bahwa usia pabrik gula di Indonesia mayoritas sudah tua, begitupun alatnya. Hal ini menjadi sesuatu yang dianggap salah satu permasalahan dalam hal revitalisasi pabrik.

Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa hambatan utama program revitalisasi pabrik gula adalah rendahnya kemampuan dan kemauan investasi pabrik gula BUMN. Hanya sebagian kecil anggaran subsidi pembelian mesin dan peralatan yang sudah dialokasikan pemerintah yang dapat diserap oleh pabrik. Keengganan melakukan peremajaan itu boleh jadi karena manfaatnya bagi perusahaan lebih kecil dari pada biayanya. Bagi pabrik gula, adalah lebih menguntungkan melakukan efisiensi biaya dari pada meningkatkan produktivitas pabrik yang manfaatnya lebih banyak dinikmati oleh petani (pemilik tebu).

Efisiensi pengelolaan boleh jadi akan membuat pabrik gula BUMN meraih untung, namun itu tidak cukup membuat industri gula mencapai kemajuan. Indikator keberhasilan BUMN gula perlu pula mempertimbangkan kemampuan teknisnya dalam mengolah tebu. Kejujuran dalam menghitung rendemen tentu perlu, tetapi peningkatan rendemen tidak akan optimal jika hanya mengandalkan mesin dan peralatan yang sudah uzur.

Ketika pengelola pabrik, dalam hal pengamatan kelompok kami dalah sinder, adalah salah satu narasumber kami, mengupas seluk beluk pabrik hanya dapat sebatas eksternal pabrik. Untuk masalah internal seperti administratif mesin (seperti tahun berapa, merk apa, dan darimana asal mesin tebu) tidak dapat kami pelajari lebih lanjut. Hanya masalah teknis yang umum terjadi dan memang terjadi di pabrik gula yang kami kunjungi, adalah seperti hal-hal di atas. Pabrik gula sendiri bagi karyawan adalah nafas kehidupan mereka, apa jadinya jika dalam proses pernafasannya ada yang tidak sehat? Analogi yang tepat jika kami menunjuk mesin yang sudah tua adalah salah satu “penyakit” bagi pabrik. Lalu hal lain lagi seperti upah, bangunan, dan sistem produksi pabrik, juga tak kalah menggerogoti. Kelak lambat laun, pendapatan produksi hanya akan cukup untuk menutup biaya operasional dan produksi jika tidak segera dilakukan pembenahan dan hal ini akan merugikan banyak pihak.

Pemerintah selama ini memiliki wacana untuk swasembada gula namun praktiknya, di lapangan tidaklah semudah membalik telapak tangan. Puluhan pabrik gula yang tersebar di Indonesia masih belum mumpuni untuk menyediakan kebutuhan gula seluruh rakyat Indonesia, baik pengguna perorangan maupun industri lain yang menggunakan gula. Produksi gula di indonesia pada tahun 2014 kurang lebih mencapai 2,58 juta ton. Sementara, konsumsi gula di Indonesia pada tahun yang sama, yakni sebanyak 2,98 juta ton. Secara statistik tampak adanya selisih kurang antara demand dan supply gula. Kita tidak bisa menyalahkan adanya impor gula di Indonesia, karena jika kita tidak menambah pasokan dari luar negara maka kita akan mengalami krisis gula. Asalkan komposisi impor dan produksi sendiri tidak berbanding terbalik, angka impor haruslah lebih sedikit dan mendekati nol untuk menciptakan swasembada gula.

Demikian hasil amatan kami. Semoga bermanfaat, dan jika hendak di gunakan dalam akademik mohon untuk meninggalkan komentar agar kami tahu. Salam dari penulis Venny Kuspriyanti. Terimakasih banyak.

Daftar Pustaka

Koran Sinar Tani. 2014. Minat Petani Menanam Tebu Menurun. 25 Juni 2014.
Muaddab, Hafis. 2013. Swasembada Gula Indonesia: Manisnya Mimpi dan Pahitnya Kenyataan. 25 Juni 2014.
Susila, W.R. 2005. Pengembangan Industri Gula Indonesia: Analisis Kebijakan dan Keterpaduan sistem Produksi. Desertasi S3. Institut Pertanian Bogor

3 komentar:

  1. Terimakasih...artikelnya sangat bagus..izin copy ya.

    BalasHapus
  2. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus